Gaya Kepemimpinan dan Keterampilan Berkomunikasi Kepala Sekolah

oleh -10 views
Erlina Zanita - Dosen STIT Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan
Erlina Zanita - Dosen STIT Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan

Kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Kepemimpinan juga merupakan energi yang dapat menggerakkan, menuntun dan menjaga aktivitas orang sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung dimana saja, karena kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu dalam rangka mencapai maksud tertentu.

Sangat besar dampak atau pengaruh pemimpin terhadap bawahan, sehingga bawahan dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan organisasi. Dilingkungan sekolah pemimpin yang tertinggi adalah kepala sekolah, dengan kreatifitas dan motivasinya kepala sekolah dapat mengarahkan, membimbing dan memotivasi guru dan karyawan lainnya untuk bekerjasama dalam memajukan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah tidak hanya sebatas kepemimpinan formal, artinya tidak hanya sekedar menjalankan tugas dan tanggungjawab, namun diperlukan inovasi dan kreatifitas kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi sekolah baik secara akademik maupun non akademik..

Secara teroritis gaya kepemimpinan di bedakan menjadi tiga. Ketiga gaya kepemimpinan tersebut adalah:

  1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan ini memusatkan diri pada pemimpin sebagai penentu segala galanya dalam suatu organisasi. Tipe kepemimpinan ini menunjukan kekuasaan pada seseorang sekelompok kecil orang yang bertindak sebagai penguasa. Pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan pihak yang dipimpin, terutama kemampuannya yang selalu dipandang lebih rendah. Maka dari itu pemimpin selain sebagai penguasa selalu merasa dirinya sebagai yang paling mampu dan paling benar, sehingga tidak boleh dibantah.

  1. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire (Bebas)

Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin tidak memimpin, dia hanya membiarkan kelompoknya berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dikerjakan oleh bawahannya. Dan pemimpin dalam hal ini sebagai simbol atau lambang lembaga. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan kepada semua anggota dalam menetapkan keputusan dan melaksanakannya menurut kehendak masing-masing.

  1. Gaya Kemimpinan Demokratis

Kepemimpinan gaya seperti ini lebih berorentasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahan. Dalam kepemimpinan ini setiap individu sebagai manusia diakui dan dihargai eksistensinya dan peranannya dalam memajukan dan mengembangkan lembaga. Dalam gaya kepemimpinan ini setiap kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, gagasan, pendapat, ide cerdas, minat, dan perhatian dan lain-lain yang membeda-bedakan antara individu, selalu dihargai dan disalurkan untuk kepentingan bersama.. Pada kenyataannya sulit sekali penerapan perilaku gaya kepemimpinan itu yang murni, tetapi selalu terlihat kombinasi perilaku antara yang satu dengan yang lainnya.

Banyak persoalan sekolah yang perlu diselesaikan dengan cermat oleh kepala sekolah seperti ketidakdisiplinan guru, rendahnya kreatifitas guru dalam mengajar, kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, penguasaan sebagian guru terhadap bidang keilmuan atau mata pelajarannya belum memadai dan lambannya staf pengajar dan tata usaha dalam melayani kebutuhan siswa. Masalah-masalah ini merupakan cerminan kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan komunitasnya untuk berkinerja tinggi. Kepala sekolah seharusnya mampu mengelola semua sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolahnya. Adanya perubahan paradigma baru pendidikan, diperlukan juga perubahan paradigma kepemimpinan kepala sekolah yang profesional.

Secara sederhana makna komunikasi pendidikan adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Disini komunikasi tidak lagi bebas, tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Suasana dialogis antara seorang bapak dengan anaknya yang sedang terlibat dalam pembicaraan pembentukan kehidupan di masa depan  adalah komunikasi pendidikan. Disini komunikasi dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, yaitu dalam rangka upaya mendewasakan anak (manusia) supaya bisa hidup mandiri di kemudian hari. Dengan komunikasi, maka terjadi dialogis antara kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah dituntut untuk terampil berkomunikasi, sehingga semua kebijakan sekolah dapat dilaksanakan dengan baik. Begitu besar pengaruh keterampilan berkomunikasi terhadap peningkatan kinerja guru.

Perubahan paradigma kepemimpinan kepala sekolah salah satunya dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang bervariatif dalam membina guru-guru di sekolah. Dalam mempengaruhi guru, kepala sekolah hendaknya terampil berkomunikasi untuk mengetahui permasalahan, kondisi dan keadaan guru di sekolah, dengan adanya komunikasi, maka terjadi dialogis antara guru dan kepala sekolah, guru dapat menyampaikan aspirasi dan persoalan yang dihadapinya, sehingga kepala sekolah dapat mengarahkan dan membina dewan guru dengan baik. Keterampilan berkomunikasi sangatlah penting antara pimpinan dan bawahan agar tidak terjadi misscomunnication antara kepala sekolah dan guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi di sekolah.

 

Artikel ini ditulis oleh: Erlina Zanita – Dosen STIT Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.